SUMATERA SELATAN - Masyarakat Nelayan di Pesisir Timur kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), selama belasan tahun masih berharap kepada pemerintah dapat membangun Stasiun Pengisian Bahan bakar Nelayan (SPBN) khusus untuk memudahkan mereka dalam mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sekretaris umum Dewan Pimpinan Wilayah Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia Sumatra Selatan (DPW PPMI SumSel), Indra Darmawan mengatakan selama puluhan tahun belum ada SPBU khusus untuk nelayan (SPBN)di pesisir pantai perkampungan nelayan.
“Sepanjang perjalanan saya mengunjungi sejumlah perkampungan nelayan di wilayah provinsi Sumatra Selatan, Khusunya di kabupaten Ogan Komering Ilir, belum ada SPBN. Padahal tidak sedikit perkampungan nelayan yang berada disepanjang pesisir yang berhadapan langsung dengan laut Jawa pun selat Bangka, " ungkap Indra, Kamis malam (14/04/22).
*Nelayan juga manusia punya keinginan dan harapan*
Sumber daya alam (SDA) yang terkandung di perairan kabupaten Ogan Komering Ilir sangat kaya beraneka ragam, namun sayang pemerintah setempat terkesan kurang mampu mengolahnya. Seperti halnya kekayaan laut.
Lebih dalam dirinya menyampaikan bahwa dia sering mengunjungi sejumlah perkampungan nelayan yang tepat berada di hadapan laut Jawa yang masuk dalam wilayah kabupaten OKI, tepatnya masuk dalam administrasi kecamatan Sungai Menang. Desa-desa yang totalitas warganya sebagai nelayan antara lain Mesuji Karang Indah (Desa Persiapan), Pinang Indah, Sungai Sibur, Sungai Lumpur dan lainnya, mayoritas mata pencaharian utama mereka adalah nelayan.
"Halangan terbesar mereka dalam mengais rezeki di laut, selain cuaca ekstrem, langka dan mahalnya harga solar kerap membuat mereka terpaksa istirahat melaut. Mereka (nelayan) juga manusia, punya keinginan dan punya harapan dalam mengarungi hidup dan menaklukkan ombak saat bekerja, " ujar Indra.
*Keinginan dan Harapan itu adalah SPBN dan Harga hasil tangkap*
Indra mengharapkan pemerintah provinsi Sumatra Selatan khususnya kabupaten Ogan Komering Ilir dapat mengabulkan keinginan para nelayan untuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi agar kebutuhan nelayan melaut dapat terkondisi lancar.
"Keinginan dan harapan nelayan tidak muluk-muluk, mereka hanya mendambakan SPBN khusus yang dibangun di pinggir pantai, serta harga jual hasil tangkap (ikan/udang) yang tidak merugikan, " urainya.
Sepekan lalu, menurut keterangan Indra, dirinya pernah menerima keluhan sejumlah nelayan yang berada di Desa Mesuji Karang Indah. Dimana dalam kesempatan itu para nelayan mengeluh terkait harga solar yang berada pada Rp.9000/liter. "Entahlah kemana perginya jutaan liter solar yang biasa mereka beli, yang jelas waktu itu, para nelayan tidak sedikit menambatkan perahu motornya di tonggak kayu depan bagannya (Red: Bagan adalah rumah nelayan yang berada diatas air atau di bibir pantai), " tutur Indra menceritakan keluhan nelayan.
*Pemerintah diharapkan nelayan untuk mendapatkan BBM bersubsidi*
Melihat letak perkampungan nelayan yang berada di pinggir pantai atau lokasi yang strategis, dan hasil tangkap yang sangat tinggi, sudah selayaknya pemerintah membuat terobosan dan berani mengambil inisiatif untuk membangun SPBN.
"Insha Allah, kedepan, kalau ada waktu dan kesempatan bertatap muka langsung dengan pejabat membidangi, hal ini akan kami sampaikan, sehingga keperluan akan solar dapat terkondisi lancar dan dengan harga yang relatif murah, " tandasnya. (Lizchan)